Saturday, January 27, 2007

mambangkik batang tarandam



itulah rumah adat kita rang minang nan tacinto.rumah adatko indak lah asa dibuek sajo, malainkan ado nan tasirek nan manganduang makna kehidupan.

Rumah bagi kebanyakan urang tak labiah fungsinyo sebagai tampek tingga. Hanya sebagian kecil yang menambahkan fungsi lain, tempat tinggal sekaligus perkantoran. Lantas, bagaimana dengan fungsi lain, seperti simbol etnik dan filosofis? Barangkali ini bisa kita temukan di Ranah Minangkabau, Sumatera Barat.

Pernah dengar rumah gadang atau rumah bagonjong? Itulah rumah tradisional Minangkabau. Rumah gadang bukan karena fisiknya nan besar, melainkan karena fungsinya sebagai tempat kediaman keluarga, perlambang kehadiran suatu kaum dalam satu nagari (pemerintahan terendah pengganti desa), pusat kehidupan dan kerukunan.

"Rumah gadang multifungsi. Ia menjadi pusat kehidupan dan kerukunan sarupo tampek bamufakat keluarga kaum dan melaksanakan upacara. Bahkan sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit

Kini banyak rumah gadang di lebih dari 600 nagari di Sumbar yang kurang terawat dan terancam lapuk. itu membuktikan urang minang kini alah lupo jo identitas dirinyo nan sabananyo.apolai rang mudonyo banyak nan indak tau jo pepatah petitih minang. ndak tau jo kato nan ampek.

Friday, January 26, 2007

jam

http://s111.photobucket.com/albums/n140/harifzah/?action=view¤t=1170089880.pbw

petuah rang minang

PETUAH




Petuah Minang

Mamikua ka bahu, manjunjuang ka kapalo.
Mengerjakan sesuatu itu menurut aturan dan tempatnya.

Jan takacak dibaekan sajo Apa yang terpegang, jangan langsung saja dilemparkan.
Apa yang terasa dihati, jangan langsung dikatakan, melainkan pikirkan benar terlebih dahulu.PANTUN CINTA
Duo tigo toko di Padang
Sabuah sajo toko basi.
Duo tigo bungo nan kambang,
Sabuah sajo nan di hati.
Artinya:
Banyak terdapat toko di Padang,
Sebuah saja yang toko besi.
Banyak bunga yang sedang kembang
Sebuah saja yang dihati.
Tafsir Sampiran :
Duo tigo toko di Padang, sebuah saja toko basi. Mungkin yang dimaksudkan disini adalah salah satu jalan yang ramai
dipusat kota Padang. Dijalan itu banyak terdapat toko-toko, namun diantaranya hanya satu saja yang toko besi.
Tafsir isi pantun :
Duo tigo bungo nan kambang, sabuah sajo nan dihati. Bunga digunakan untuk mengibaratkan gadis remaja, sementara
bunga yang kembang adalah gadis yang sudah besar, sedang mekar, pada saatnya untuk mencari pasangan. Dalam
pantun ini dikatakan bahwa gadis yang sedang mekar itu ada 2 atau tiga orang, atau bahkan banyak. Akan tetapi
diantara yang banyak itu, hanya satu saja yang menarik hati seorang pemuda, atau yang dicintainya. Mungkin karena
gadis yang satu itu adalah yang paling cantik dibandingkan dengan yang lain, atau ada satu kelebihan tertentu yang
dimilikinya, atau karena gadis itulah yang pertama kali dia kenal.
Pantun ini juga mengisyaratkan bahwa cinta itu tidak bisa dibagi, cinta itu tidak bisa ditujukan kepada banyak orang.
Kalau ada seorang pemuda yang menyatakan cinta kepada seorang gadis, kemudian atau dalam waktu bersamaan juga
menyatakan cintanya kepada gadis yang lain, maka itu dinamakan cinta palsu, jadi bukan cinta. Selain dari itu yang
namanya cinta itu adalah abadi sepanjang hayat, tidak ada cinta sesaat, seperti yang sering diobral oleh pria hidung
belang. Cinta sesaat bukan cinta, tetapi nafsu.
Selanjutnya cinta itu sifatnya tahan uji, tidak mudah goyah, seperti dikatakan dalam pantun ini “duo tigo bungo
nan kambang” artinya banyak pilihan, banyak gadis yang cantik-cantik, akan tetapi pilihannya tetap, hanya yang
satu itu yang ada dalam hatinya, yang lainnya tidak. Walaupun mungkin ada gadis yang lain yang lebih cantik dari
pilihannya itu, akan tetapi cintanya tak berobah. Malah lebih jauh lagi, kalau umpamanya karena satu dan lain sebab,
sang pemuda tak berhasil mempersunting gadis idamannya itu, mungkin karena meninggal dunia, karena tidak direstui
orang tua dan sebagainya, dia tidak akan mudah ,menggantinya dengan orang lain.
Taluak Bayua ikannyo jinak,
Bao mamapeh dari sampan.
Ayam sikua musang kok banyak,
Raso kalapeh dari tangan.
Artinya:
Teluk Bayur, ikannya jinak,
Bawa memancing dari sampan.
Ayam satu ekor, musang kok banyak,
Rasa akan lepas dari tangan.
Tafsir sampiran :
Taluak Bayua ikannyo jinak, bao mamapeh dari sampan, Satu pernyataan tentang Teluk Bayur yang sudah sangat
popular diseluruh Nusantara bahkan sampai kenegeri jiran melalui lagu orkes Gumarang yang didendangkan oleh Elly
Kasim. Selain melalui lagu itu, sebelumnya Teluk Bayur ini juga sudah terkenal sebagai satu pelabuhan dipantai Barat
Pulau Sumatera. Terletak kira-kira 7 Km dari pusat kota Padang, Teluk Bayur ini memang satu pelebuhan yang ramai
disinggahi oleh kapal laut, baik kapal barang, kapal penumpang, maupun kapal nelayan.


Teluk Bayur juga dijadikan tempat wisata terutama oleh penduduk Sumatera Barat. Disamping air lautnya yang bening
dan bersih, juga dapat disaksikan berbagai jenis ikan laut yang bewarna warni. Kelihatannya ikan-ikan itu jinak, seperti
mudah ditangkap, akan tetapi nyatanya tidak. Kalau mau menangkap ikan disini, haruslah memakai sampan, membawa
pancing kelaut, seperti disebut dalam pantun ini.
Tafsir arti pantun :
Ayam sikua musang kok banyak, raso kalapeh dari tangan. Secara harfiah ini menyatakan bahwa ada seseorang yang
hanya mempunyai seekor ayam kesayangannya, yang selalu dipelihara dan dielus-elusnya setiap hari. Akan tetapi ada
banyak musang disekitarnya yang selalu mengincar dan mengingainkan ayam itu. Seperti diketahui musang adalah
musuh utama dari ayam, musang itu suka menangkap ayam untuk dimakannya. Jadi dengan kondisi yang demikian
maka sipemilik ayam tadi selalu khawatir, kalau-kalau ayamnya itu akan ditangkap dan dibunuh oleh musang, sehingga
ayam itu akan “lapeh dari tangan”.
Akan tetapi arti sebenarnya dari pantun ini tak ada sangkut pautnya dengan ayam dan musang, karena itu hanya
sebagai perumpamaan saja. Yang dimaksud disini adalah seseorang yang mencintai seorang gadis, namun belum
memilikinya. Cintanya seperti sudah berbalas, akan tetapi belum pasti, masih bisa saja terjadi sesuatu yang akan
menyebabkan hubungan mereka putus. Sebab antara keduanya belum ada ikatan resmi dan lagi pula belum pernah
mengucapkan janji mau sehidup semati. Sementara itu gadis pujaannya itu adalah merupakan bintang dikampungnya,
banyak pemuda yang berhasrat untuk menyuntingnya. Tambahan pula diantara para pemuda yang berhasrat tersebut,
beberapa diantaranya memiliki status yang lebih baik dari dia. Maka wajarlah sang pemuda itu akan sangat khawatir
akan kehilangan “ayam piaraannya itu”.
Rang Parik Putuih kalapau randah,
Mambao balam dalam sarangnyo.
Kasieh putuih sayang tak sudah,
Lauik nan dalam nan di hadangnyo.
Artinya :
Orang Parit Putus ke Lepau Rendah,
Membawa balam dalam sarangnya.
Kasih putus, saying tak sudah,
Laut yang dalam nan dihadangnya.